Jumat, 11 Juli 2008

PENGUKURAN BMI (BODY MASS INDEX) SEBAGAI INDIKATOR OBESITAS DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN OSTEOARTRITS

Dahulu, gemuk merupakan suatu kebanggaan dan merupakan kriteria untuk mengukur kesuburan dan kemakmuran suatu kehidupan, sehingga pada saat itu banyak orang berusaha menjadi gemuk dan mempertahankannya sesuai dengan status sosialnya. Sekitar tahun 1970an beberapa penelitian epidemiologik melaporkan bahwa peningkatan berat badan yang berlebihan obesitas selalu berhubungan dengan resiko tinggi kesakitan dan kematian, sehingga merupakan masalah besar bagi kesehatan masyarakat.
Pada 1998 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan obesitas sebagai penyebab kematian kedua di dunia setelah merokok. Lebih dari satu miliar penduduk dunia mengalami kelebihan berat badan dan obesitas. Bahkan, saat ini prevalensi penderitanya tiap tahun semakin meningkat.
Obesitas biasanya makin tinggi angka kejadiannya sesuai dengan peningkatan usia, kekerapan terjadi obesitas akan makin meningkat. Di Amerika Serikat, 20% laki-laki dan 40% wanita usia pertengahan menderita obesitas. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) th.2004 mendapatkan angka prevalensi obesitas (IMT 30 kg/m2) 9,16 % pada pria dan 11,02 % pada wanita.
Bagi banyak orang, penurunan berat badan itu identik dengan kesehatan lebih prima. Walau penurunan lemak tubuh juga setara dengan penurunan faktor resiko penyakit, bukti yang terkumpul sejauh ini menempatkan BMI sebagai indikator kesehatan terbaik dibandingkan metode lainnya.
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang menduduki rangking pertama penyebab nyeri dan disabilitas (ketidakmampuan) pada lansia. Osteoartritis dimulai dengan kerusakan pada tulang rawan sendi yang berakhir dengan kerusakan ke seluruh sendi. Lebih dari 80 persen penderita osteoartritis mengalami keterbatasan gerak. Dampak ekonomi, psikologi dan sosial dari osteoartritis sangat besar, tidak hanya untuk penderita tetapi juga keluarga dan lingkungannya. Hingga kini belum ada obat yang secara pasti menghilangkan penyakit osteoartritis. Pengobatan yang dilakukan selama ini hanya untuk menghilangkan rasa nyerinya saja.
Pencegahan obesitas memberi manfaat tidak saja bagi kesehatan sendi, tetapi untuk penyakit tidak menular lainnya. Mereka yang berberat badan lebih mempunyai prevalensi osteoartritis lutut yang tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa obesitas mendahului kejadian osteoartritis dan selanjutnya meningkatkan progresivitas radiologi osteoartritis. Pada mereka yang obese, setiap penurunan berat badan lima kilogram akan mengurangi risiko osteoartritis 50%.